OlehMuhammad Alvin Jauhari Seorang Kiai besar, pengasuh Pondok Pesantren Mamba'ul Falah sekaligus Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsabandiyah yang terkenal di Kudus. KH. Muhammad Shiddiq As-Shalihi atau biasa dikenal dengan Mbah Shiddiq Piji. Beliau dilahirkan di Medio pada tahun 1917 dari pasangan Kiai Juraimi dan Nyai Qamari.
Jumat, 26 Mei 2023 0700 WIB Mursyid. Iklan Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN Erick Thohir resmi menunjuk Mursyid sebagai Direktur Utama PT Waskita Karya Persero Tbk. menggantikan Destiawan Soewardjono. Erick merombak jajaran direksi dan komisaris Waskita Karya usai ditetapkannya Destiawan sebagai tersangka dugaan kasus korupsi. Penetapan Mursyid sebagai Direktur Utama Waskita Karya berlangsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan RUPST 2022 di Gedung Waskita Heritage, Jakarta, pada Kamis, 25 Mei 2023. Mursyid sempat menduduki posisi Plt Direktur Utama Waskita Karya saat Destiawan diberhentikan sementara dari jabatannya. Sebelumnya, Mursyid merupakan mantan Direktur Human Capital Management, Pengembangan Sistem dan Legal Waskita Karya. Mursyid pun pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Waskita Karya Beton Tbk dan mengundurkan diri pada Juni 2022. Mursyid merupakan lulusan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia menyelesaikan gelar S1 Teknik jurusan Teknik Sipil pada 1993. Kemudian dia meraih gelar S2 jurusan manajemen di universitas yang sama pada 2010. Dia mulai berkarir di PT Wijaya Karya sejak 1993. Murysyid dipercaya menjabat sebagai pemimpin di berbagai proyek. Di antaranya Manajer Konstruksi Proyek Double Track Yogyakarta-Kroya pada 2005 sampai 2008. Kemudian dia menjabat sebagai Manajer Konstruksi Proyek Kanal Timur Paket 24 pada 2008 sampai 2009. Pada 2009-2012, Mursyid menjadi Manajer Proyek Pembangunan Dam Tembesi Tahap 1 Pilot Dyke. Lalu pada pada 2012-2023, dia menjabat posisi Manajer Proyek Pembangunan Dermaga Utara Pelabuhan Laut Batu Ampar. Dia juga pernah menjadi General Manager Departemen Umum 1 pada 2015 sampai Selain menunjuk Direktur Utama yang baru, ... 12 Selanjutnya Artikel Terkait Erick Thohir Ungkap 6 Terobosan Baru dalam Kompetisi Liga 1 2023-2024 1 jam lalu Targetkan Dividen BUMN 2024 Rp 80,2 T, Erick Thohir Sebenarnya Cukup Berat 1 jam lalu Liga 1 Musim 2023-2024 akan Tetapkan Salary Cap, Erick Thohir Agar Klub Tak Bangkrut 8 jam lalu Cak Imin Sebut PKB Terbuka jika PAN Ingin Gabung Koalisi KIR 8 jam lalu PMN Tambahan Injourney Rp 1,19 T Disetujui, Dirut Untuk Penyelesaian Kewajiban di Mandalika 8 jam lalu Emtek Grup Kembali Pegang Hak Siar, Liga 1 2022-2023 Ditayangkan Langsung Indosiar dan Vidio 10 jam lalu Rekomendasi Artikel Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini. Video Pilihan Erick Thohir Ungkap 6 Terobosan Baru dalam Kompetisi Liga 1 2023-2024 1 jam lalu Erick Thohir Ungkap 6 Terobosan Baru dalam Kompetisi Liga 1 2023-2024 Erick Thohir menyebut banyak terdapat terobosan baru untuk Liga 1 2023/2024 musim depan yang akan dimulai pada 1 Juli. Targetkan Dividen BUMN 2024 Rp 80,2 T, Erick Thohir Sebenarnya Cukup Berat 1 jam lalu Targetkan Dividen BUMN 2024 Rp 80,2 T, Erick Thohir Sebenarnya Cukup Berat Kementerian BUMN menyebut dividen yang berpotensi untuk diberikan pada 2024 Rp80,2 triliun. Liga 1 Musim 2023-2024 akan Tetapkan Salary Cap, Erick Thohir Agar Klub Tak Bangkrut 8 jam lalu Liga 1 Musim 2023-2024 akan Tetapkan Salary Cap, Erick Thohir Agar Klub Tak Bangkrut Ketua Umum PSSI Erick Thohir akan menetapkan standar gaji dan pengeluaran untuk klub Liga 1 mulai musim 2023-2024. Cak Imin Sebut PKB Terbuka jika PAN Ingin Gabung Koalisi KIR 8 jam lalu Cak Imin Sebut PKB Terbuka jika PAN Ingin Gabung Koalisi KIR Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan PKB sangat terbuka jika Partai Amanat Nasional PAN akan merapat ke Koalisi KIR PMN Tambahan Injourney Rp 1,19 T Disetujui, Dirut Untuk Penyelesaian Kewajiban di Mandalika 8 jam lalu PMN Tambahan Injourney Rp 1,19 T Disetujui, Dirut Untuk Penyelesaian Kewajiban di Mandalika Usulan Penyertaan Modal Negara PMN tambahan yang diajukan Kementerian BUMN untuk holding BUMN pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia Persero atau dikenal InJourney, sebesar Rp 1,19 triliun telah disetujui DPR RI. Bagaimana alokasi penggunaannya? Emtek Grup Kembali Pegang Hak Siar, Liga 1 2022-2023 Ditayangkan Langsung Indosiar dan Vidio 10 jam lalu Emtek Grup Kembali Pegang Hak Siar, Liga 1 2022-2023 Ditayangkan Langsung Indosiar dan Vidio PT Elang Mahkota Teknologi Emtek Group melalui Indosiar dan Vidio akan kembali menjadi pemegang hak siar Liga 1 2023-2024. Selain Erick Thohir, PAN Juga Munculkan Muhadjir Effendy sebagai Bacawapres 10 jam lalu Selain Erick Thohir, PAN Juga Munculkan Muhadjir Effendy sebagai Bacawapres Politikus Partai Amanat Nasional Zainuddin Maliki mengatakan Muhadjir Effendy masuk dalam bursa cawapres di partainya selain Erick Thohir. Dugaan Lapkeu Waskita dan WIKA Dipoles, Erick Thohir Pasti Kita Lakukan Tindakan Hukum Keras 11 jam lalu Dugaan Lapkeu Waskita dan WIKA Dipoles, Erick Thohir Pasti Kita Lakukan Tindakan Hukum Keras Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN Erick Thohir menanggapi dugaan laporan keuangan BUMN Karya, PT Waskita Karya Persero Tbk dan PT Wijaya Karya Persero Tbk alias WIKA. WSBK dan MotoGP di Mandalika Merugi, Erick Thohir Event yang Memberatkan, Negoisasi Ulang 12 jam lalu WSBK dan MotoGP di Mandalika Merugi, Erick Thohir Event yang Memberatkan, Negoisasi Ulang Sejumlah event internasional di Sirkuit Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat disebut merugi. Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN Erick Thohir menyebut akan melakukan negosiasi ulang terhadap beberapa event tersebut. Jokowi Minta Pengawasan Berorientasi Hasil, BPKP Ekspektasi Tinggi Presiden Harus Kita Jaga 12 jam lalu Jokowi Minta Pengawasan Berorientasi Hasil, BPKP Ekspektasi Tinggi Presiden Harus Kita Jaga Ateh meminta seluruh pegawai BPKP untuk menjaga kepercayaan yang telah diberikan Presiden Jokowi.
Silsilahadalah mata rantai Ruhani yang sambung menyambung dari Mursyid yang masih hidup kepada para Mursyid yang telah wafat hingga sampai kepada Rosululloh SAW dan Alloh SWT . وَعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أنَّهُ قَالَ ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
KYAI MUCHTAR MU'THIMursyid Thoriqoh ShiddiqiyyahKyai Muhammad Muchtar Mu'thi adalah Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah beliau putra dari pasangan suami isteri H Abdul Mu'thi bin Kyai Ahmad Syuhada berasal dari Demak dan Nyai Nashihah binti Abdul Karim berasal dari Pati. Di lahirkan di desa Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur, tanggal 28 Agustus 1928. Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi adalah anak yang ke 12 dari 17 bersaudara. Dilihat dari silsilah nasab, Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi memang keturunan dari kyai, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu, tak heran Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi sejak kecil telah mendapatkan bimbingan pendidikan ilmu ilmu agama dalam lingkungan keluarganya. Meskipun demikian secara formal Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi juga mengenyam pendidikan di madrasah Islamiyah, Ngeloh sekarang Rejo Agung kecamatan Ploso. Selanjutnya, Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi belajar di pesantren Rejoso, Peterongan, kemudian dilanjutkan di Pesantren Tambak Beras, Jombang. Sepeninggal ayahnya H Abdul Mu'thi, Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi mulai belajar ilmu Tasawuf pada Kyai Muntoha Kedung Macan, Sambong, Jombang. Kyai Muntoha tercatat sebagai guru Toriqoh menempuh pendidikan pesantren Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi menjadi guru madrasah di Lamongan, dan pada saat itulah bertemu dengan Syeikh Ahmad Syuaib Jamali Al Bateni yang pada akhirnya melimpahkan ilmu Thoriqoh pada Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi. Beliau mendapat pendidikan dan pengajaran Thoriqoh dari Sheikh Ahmad Syuaib Jamali Al Bateni dalam crass program atau program intensif lima tahun 1959 M Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi mengajarkan Thoriqoh Shiddiqiyyah di desa Losari Ploso Jombang. Pada perkembangan terakhir ini, Thoriqoh Shiddiqiyyah sudah tersebar ke berbagai pelosok tanah air Indonesia bahkan ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Murid murid Shiddiqiyyah terus bertambah setiap hari dan diperkirakan sekarang ini lebih dari 5 juta orang. Mereka terdiri dari segala umur, berbagai tingkat sosial ekonomi dan berbagai profesi dan pesatnya perkembangan kaum muslimin muslimat yang memerlukan bimbingan pelajaran Thoriqoh Shiddiqiyyah Kyai Muhammad Muchtar Mu'thi sebagai Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah mengangkat wakil wakil yang disebut Kholifah yang bertugas mewakili Mursyid memberikan bimbingan pada murid murid Shiddiqiyyah diseluruh penjuru Nusantara. Kholifah yang pertama diangkat adalah Slamet Makmun sebagai murid pertama, kemudian di ikuti Duchan Iskandar, Sunyoto Hasan Ahmad, Ahmad Syafi'in, Syaifu Umar Ahmadi, Muhammad Munif dan lain lain hingga lebih dari 40 orang singkat pimpinan atau Mursyid Thoriqoh ShiddiqiyyahKyai Muhammad Muchtar Mu'thiLahir Losari Ploso Jombang 28 Agustus 1928Alamat Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Madrasah Islamiyah Rejo Agung Ploso Pesantren Tambak Besar Jombang.KH Rd. Muhammad Yusuf Prianadi Kartakoesoemah kupas tuntas tentang Maqom-maqom Thoriqoh Selengkapnya silahkan simak di link berikut..
Pada tahun 1997 beliau menikahi Nyai Durrotus Sa’adah asal Cirebon Jawa Barat. Kesibukan Beliau saat ini selain sebagai pengasuh pesantren, sekaligus sebagai Mursyid Thoriqoh Syadziliah yang memiliki wewenang untuk membai’at jamaahnya. Abah beliau, KH Muhaiminan yang mewariskannya sesaat sebelum wafat pada tahun 2007 silam. Beliau memiliki Jamaah Thoriqotnya berjumlah ribuan dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia Khususnya Jawa Tengah.*** Halaman 1 2 Sebelumnya Editor Eko Wahyu Budi Sumber Berbagai Sumber Tags ulama profil Mursyid KH Haidar Muhaiminan Toriqoh Asyadziliyah Artikel Terkait Sejarah dan Karomah SUNAN GUNUNG JATI, Diantaranya Bisa Keluarkan Penyakit Tumor Tanpa Operasi KAROMAH KH Maimoen Zubair, Tokoh Penting NU yang Pernah Ditemui Rasulullah KAROMAH KH Muhaiminan Gunardho Sang 'Pendekar' dari Parakan, Keturunan Sultan Hamengkubuwono II Terkini Makna Turun Hujan saat Prosesi Pemakaman Jenazah Menurut Islam, Ternyata Itu Adalah Bukti... Kamis, 4 Mei 2023 1009 WIB Dijamin Kaya Raya, Amalkan Bacaan Dzikir Tasbih Malaikat Ijazah Habib Novel Alaydrus Ini Minggu, 19 Maret 2023 0550 WIB Titisan Para Dewa, 8 Weton Laki-laki Ini Membawa Rezeki dan Keberuntungan, Apakah Weton Anda Termasuk? Rabu, 15 Maret 2023 1339 WIB Menakjubkan, Ini Tiga Balasan Bagi Pengamal Sedekah Subuh Ijazah Syekh Ali Jaber Jumat, 24 Februari 2023 1300 WIB Testimoni Amalan Sedekah Subuh, Ijazah dari Syekh Ali Jaber, Rezeki Berlimpah Hutang Lunas, Yukk Dawamkan Jumat, 24 Februari 2023 0900 WIB Ijazah Sedekah Subuh Syekh Ali Jaber, Wasilah Agar Hajat Apa Saja Segera Terkabul, Bagaimana Caranya? Jumat, 24 Februari 2023 0714 WIB Amalan Dzikir Pembuka Pintu Rezeki Sesuai Riwayat Rasulullah, Ijazah Habib Novel Alaydrus, Dibaca 100x Sehari Selasa, 17 Januari 2023 0632 WIB Amalan Dzikir Sugih Duit Ijazah Habib Novel Alaydrus Ya Hannan Ya Mannan Ya Fattah Ya Razzaq, Amalkan Yukk! Selasa, 17 Januari 2023 0620 WIB Bacaan Dzikir Ya Hannan Ya Mannan Ya Fattah Ya Razzaq Rezeki Akan Mengalir Deras Jumat, 13 Januari 2023 0847 WIB Tata Cara Ijazah Bacaan Dzikir Syekh Ali Jaber, Hasbunallah Wanikmal Wakil yang Ampuh untuk Segala Hajat Rabu, 21 Desember 2022 0730 WIB Sedekah di Waktu Ini, Menurut Syekh Ali Jaber Sangat Mustajab, Semua Hajat Terkabulkan! Selasa, 20 Desember 2022 0913 WIB Redaksi Bacaan Sholawat yang Terbaik dan Sempurna Menurut Syekh Ali Jaber, Beserta Pengamalannya Selasa, 20 Desember 2022 0905 WIB Syekh Ali Jaber Kerjakan Amalan Ini Setelah Sholat Fardhu, Ganjarannya Surga! Selasa, 20 Desember 2022 0903 WIB Teks Khutbah Jumat Hari Ini 2 Desember 2022 Terbaru, Tema Takwa Kunci Kehidupan Dunia Akhirat Jumat, 2 Desember 2022 0718 WIB Berikut Tata Cara dan Niat Mandi Besar Setelah Berhubungan Suami Istri Senin, 14 November 2022 0536 WIB Jadwal Puasa Ayyamul Bidh 8 November 2022 Lengkap dengan Niat dan Tata Caranya Selasa, 8 November 2022 0535 WIB Berikut Ini Profil Ustadzah Halimah Alaydrus, Juru Dakwah Keturunan Rasulullah yang Viral di TikTok Senin, 31 Oktober 2022 1820 WIB Doa Turun Hujan Disertai Angin Kencang dan Petir Sesuai Ajaran Rasulullah Jumat, 7 Oktober 2022 0952 WIB Rebo Wekasan Kapan dan Tanggal Berapa? Lengkap dengan Amalan Doa dan Cara Sholat Lidafil Bala Selasa, 20 September 2022 1426 WIB Amalan Rebo Wekasan Bacaan Doa dan dan Tata Cara Sholat Lidafil Bala Selasa, 20 September 2022 1422 WIB
HabibMuhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (lahir 10 November 1947) adalah seorang Sayyid, Kiai, Ulama, Mursyid dan Dai berkebangsaan Indonesia. Dr. (HC). Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Selain menjadi pendakwah, Habib Luthfi juga menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah.Sebiji buncis meronta dan terus melompathingga hampir melampaui bibir kualidi mana ia tengah direbus di atas api.“Kenapa kau lakukan ini padaku?”Dengan sendok kayunya,Sang Juru Masak mementungnya jatuh kembali.“Jangan coba-coba melompat kira aku sedang menyiksamu?Aku memberimu cita rasa!Sehingga kau layak bersanding dengan rempah dan nasiuntuk menjadi gelora kehidupan dalam diri saat-saat kau nikmati regukan air hujan di itu ada untuk saat ini!”Pertama, keindahan. Lalu kenikmatan,kemudian kehidupan baru yang mendidih akan itu, Sang Sahabat akan punya sesuatu yang enak untuk saatnya, buncis akan berkata pada Sang Juru Masak,“Rebuslah aku lagi. Hajar aku dengan sendok adukan,karena aku tak bisa melakukannya seperti gajah yang melamun menerawangtentang taman di Hindustan yang dulu kutinggalkan,dan tidak memperhatikan pawang pengendali arah pemasakku, pawangku, jalanku menuju cita rasa suka caramu membuat masakan.”“Dulu aku pun seperti engkau,masih hijau dari atas tanah. Lalu aku direbus matang dalam waktu,direbus matang dalam jasad. Dua rebusan yang binatang dalam diriku tumbuh dia dengan latihan,lalu aku direbus lagi, dan direbus satu titik aku melampaui itu semua,dan menjadi gurumu.” Puisi al-Imam Jalaluddin Rumi, “Chickpea to Cook,” dalam Barks, Coleman trans. “The Essential Rumi”. Castle Books, 1997. MURSYID Mursyid itu adalah guru ruhani yang mengetahui anatomi ruhani kita dengan jelas, dan menghadapkan kita ke hadirat Allah Swt. Agar kita mengenal Allah dengan sesungguhnya. Perkataan mursyid berasal dari bahasa arab, dari kata irsyada, yaitu memberi tunjuk-ajar. Dalam arti kata lain, mursyid berarti, seseorang yang pakar dalam memberi tunjuk-ajar terutamanya dalam bidang kerohanian, dalam istilah para sufi. Mursyid secara istilahnya menurut kaum sufi, merupakan mereka yang bertanggungjawab memimpin murid dan membimbing perjalanan rohani murid untuk sampai kepada Allah dalam proses tarbiah yang teratur, dalam bentuk tarekat sufiyah. Para mursyid dianggap golongan pewaris Nabi dalam bidang pentarbiah umat dan pemurnian jiwa mereka tazkiyah an-nafs, yang mendapat izin irsyad izin untuk memberi bimbingan kepada manusia dari para mursyid mereka sebelum mereka, yang mana mereka juga mendapat izin irsyad dari mursyid sebelum mereka dan seterusnya, sehinggalah silsilah izin irsyad tersebut sampai kepada Rasulullah tanpa terputus turutannya. Oleh itu pada kebiasaannya, ia daripada keturunan ulamak. Para mursyid bertanggung jawab bagi mengajar dari sudut zahir syariat dan makna batin. Antara ciri seseorang yang digelar mursyid adalah- Mempunyai ilmu agama yang jelas tentang perkara-perkara fardhu 'ain. Dia merupakan seorang yang kamil/sempurna dari sudut muamalah dengan Allah SWT. Mendapat pengiktirafan /pengesahan dari mursyidnya guru yang diiktiraf tidak putus dalam turutan pengajaran. Manhaj tarbiah yang selaras dengan panduan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mursyid mengajarkan kita bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah sekaligus memberi contoh suri teladan yang indah kepada kita bagaimana berakhlak yang baik dan beribadah yang benar secara lahir dan batin atau secara syari’at dan secara hakikat. Seorang guru mursyid begitu penting keberadaannya dalam sebuah Thariqah. Yang paling utama dengan Guru Mursyid, si murid akan mendapatkan talqin pengajaran/pengijazahan dzikir atau ba’iat yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Sangat berbeda dengan ijazah Amalan Ilmu Hikmah, karena talqin itu suatu proses dimana mursyid memasukan nur nubuwah cahaya kenabian ke dalam hati murid. Sekaligus mengajarkan cara berdzikir yang benar dengan metode Thariqah yang sesuai dengan syari’at Islam. Seorang Mursyid yang sejati, yang menerima perintah khusus dari Allah untuk menjadi guru bagi para pejalan sufi, bisa tampil dengan berbagai macam wajah. Ada kalanya ia tampak lembut dan sabar, begitu mudah dipahami. Ada kalanya pula ia tampil dengan galak dan keras, begitu membingungkan dan sulit dipahami. Seorang mursyid akan mendidik murid-muridnya untuk belajar mengendalikan seluruh bala tentara hawa nafsu dan syahwatnya, untuk mengenal segala macam aspek yang ada dalam diri masing-masing, dan untuk memunculkan potensi dirinya yang sesungguhnya. Potensi yang diletakkan Allah dalam qalb masing-masing manusia ketika ia dijadikan. Dalam tahap pembersihan diri ini, hampir semua murid biasanya meronta. Tentu saja, karena hawa nafsu dalam diri kita pasti meronta jika dipisahkan dari hal-hal yang disukainya. Tapi demi memunculkan diri muridnya yang asli, maka mau tak mau, Sang Mursyid harus melakukannya. Sang Mursyid harus memaksa murid-muridnya untuk belajar mengendalikan seluruh bala tentara hawa nafsu dan syahwat Rumi menyebutnya sebagai jiwa binatang’ dalam diri masing-masing. Inilah yang dimaksud Rumi dalam puisinya di atas, bahwa sebenarnya tugas seorang mursyid adalah merebus’ murid-muridnya di atas api, demi memunculkan cita rasanya yang asli dalam diri masing-masing. Pada awalnya, biasanya buncis akan meronta dan bisa jadi, ingin lari. Pada tahap ini, mau tak mau, mursyid kadang perlu mementungnya’ supaya kembali tenggelam dalam rebusan air mendidih. Tapi sekali si murid sudah merasakan manfaat bimbingan Sang Mursyid dalam perkembangan jiwanya, maka ia akan terus-menerus meminta untuk direbus’ kembali. Apakah ini berarti bahwa seorang murid harus memposisikan dirinya di hadapan gurunya seperti mayat yang dibolak-balik oleh pemandinya? Nah, ini juga pemahaman yang perlu dikoreksi. Ada beberapa hal yang biasanya diajukan kepada para pejalan sufi yang ber-Thariqah maupun yang memiliki mursyid, yang belakangan ini sering mengemuka. Berikut dua contoh representatif ketidaktepatan penilaian yang digeneralisir tersebut. Pertama, “Saya bukan pengikut tasawuf formal. Saya tidak pernah bersumpah setia di bawah telapak tangan seorang guru spiritual untuk hanya menaati dia seorang, karena saya tidak menyukainya. Saya pikir, tidak ada pemikiran dan kesadaran sehat yang bisa terbangun jika seseorang telah memutuskan untuk berhenti bertanya, dan bersikap kritis.” Kedua, “…Sekurang-kurangnya ada tiga hal penting yang sering dipersoalkan orang mengenai tarekat ini. Pertama, soal otoritas guru yang mutlak tertutup dan cenderung bisa diwariskan. Kedua, soal bai’at yang menuntut kepatuhan mutlak seorang murid kepada sang guru, seperti mayat di depan pemandinya; dan ketiga, soal keabsahan validitas garis silsilah guru yang diklaim setiap tarekat sampai kepada Nabi Muhammad Saw…Salah satu ciri utama tasawuf positif adalah rasionalitas. Karena itu, tasawuf positif harus menolak segala bentuk kepatuhan buta kepada seorang manusia—yang bertentangan dengan semangat Islam.” Sekilas, kedua penilaian kritis’ atas mursyid dan thariqah tersebut terkesan memperjuangkan keotonoman individu beserta rasionalitasnya, namun sayangnya terlalu terburu-buru melakukan generalisasi. Terlebih, kedua penilaian kritis’ tersebut lebih merefleksikan prasangka semata ketimbang pembuktian melalui pengalaman menggeluti thariqah. Posisi seperti itu tak ubahnya seperti komentator sepakbola dengan pemain sepakbola. Seorang komentator sepakbola sangat mahir dalam menganalisis kesalahan pemain, strategi yang sedang dimainkan, kegemilangan permainan, dan lain sebagainya. Namun yang lebih mengetahui dan merasakan realitasnya, bersusah-payah, pontang-panting, senantiasa waspada terhadap setiap serangan lawan, hingga akhirnya menjadi pemilik sejati pengetahuannya adalah si pemain sepakbola itu sendiri. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Bila kau merasa cemas dan gelisah akan sesuatu, masuklah ke dalamnya, sebab ketakutan menghadapinya lebih mengganggu daripada sesuatu yang kautakuti itu sendiri.” Namun, di sisi lain, bisa dimaklumi juga bahwa generalisasi bermasalah—karena ketakutan memasuki dunia thariqah secara langsung—seperti terlihat pada kedua penilaian kritis’ di atas, dilandaskan pada perkembangan mutakhir berbagai thariqah klasik. Maka lahirlah penilaian yang digeneralisasi sebagai karakter sejati seluruh tarekat, sehingga luput mengamati prinsip terdasar kemursyidan dan kethariqahan. Deviasi adalah hal yang lazim terjadi dalam perjalanan sejarah kemanusiaan. Bahkan berbagai kitab suci pun sering mengemukakan bagaimana di setiap masa senantiasa terjadi deviasi ajaran agama sepeninggal sang pembawa risalah atau nubuwahnya. Ini tak ubahnya air yang semakin keruh ketika menjauhi sumber mata airnya, sehingga praktis di hilir hanya akan ditemui air kotor yang sudah tercampur sampah. Begitu pula halnya dengan thariqah. Ketika sang muasis/pencetus atau Mursyid-Syaikh sejatinya meninggal, maka hanya kehendak dan izin Allah Taala semata yang bisa menjamin kemurnian dan serta keberlanjutan thariqah tersebut, yaitu, dengan menghadirkan mursyid sejati pengganti. Apabila Allah Taala tidak menghadirkan mursyid sejati pengganti, berarti silsilah mata rantai thariqah tersebut sudah berakhir, bukan ajarannya. Kemursyidan itu adalah misi hidup, dan hanya boleh dipegang oleh mereka yang telah mencapai marifat dan misi hidupnya adalah mursyid. Tidak semua orang yang telah marifat boleh serta merta menjadi mursyid. Wali Quthb pemimpin para wali di suatu zaman seperti Ibn Arabi pun tidak menjadi mursyid thariqah. Oleh karena itu, sebagaimana puisi Rumi tadi, seseorang tidak bisa mengangkat dirinya sendiri menjadi seorang guru spiritual sebelum ia sendiri sudah pernah, dan berhasil, melalui semua ’rebusan’, dan kemudian memperoleh pengetahuan dari Allah ta’ala bahwa misi hidupnya memang sebagai seorang mursyid. Kemursyidan adalah sebuah tugas langsung dari Allah ta’ala misi hidup. Oleh karena itu, jabatan kemursyidan pun tidak dapat diwariskan, sekalipun dengan landasan senioritas, keluasan pengetahuan, atau bahkan garis keturunan. Lantas, bagaimana dengan para salik yang tersisa apabila Allah Taala tidak lagi menghadirkan mursyid sejati pengganti di sebuah thariqah? Tetaplah berpegang teguh pada dua hal paling berharga yang ditinggalkan Rasulullah Muhammad Saw, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Jangan mengada-adakan mekanisme regenerasi mursyid hanya karena ikatan emosional pada thariqah sebagai lembaga, sehingga akhirnya menyerahkan amr urusan kepada orang yang bukan ahlinya. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, katanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda “Allah tidak menarik kembali ilmu dengan jalan mencabutnya dari qalb manusia, tetapi dengan jalan mematikan ulama. Apabila ulama telah punah, maka masyarakat akan mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin yang akan dijadikan tempat bertanya. Orang-orang bodoh ini akan berfatwa tanpa ilmu; mereka itu sesat dan menyesatkan.” Al-Hadits Mursyid sejati adalah pembimbing spiritual para salik thariqah untuk memurnikan dan menyucikan diri, sebagaimana Rasulullah Saw pun adalah mursyid bagi para sahabat utama yang terpanggil untuk menempuh suluk. Mursyid sejati bertugas membantu saliknya mengenal al-haqq secara bertahap sesuai perkembangan nafs-nya, serta mengembalikannya ke penyembahan yang murni kepada Allah Taala. Namun, para salik pun akan dihadapkan pada dilema akan ketidakpercayaan kepada mursyid yang akan menjadi racun dan penyebab kegagalannya dalam bersuluk, tetapi dia pun tidak boleh taklid buta kepada mursyidnya. Kepercayaan tidak bisa dipaksakan. Kepercayaan harus muncul secara alami melalui proses yang alami pula, yang muncul sendirinya dari qalb, sehingga mutlak diperlukan penguatan dengan ilm. Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah muhtadun*. QS YâsÃn [36] 21 Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilm tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan fuad limpahan karunia semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. QS Al-Isrâ’ [17] 36 * Muhtaduun orang yang telah menerima petunjuk Allah atas segala aspek kehidupannya, dan semua tindakannya semata-mata hanya berdasarkan petunjuk Allah ta’ala kepada dirinya. Dalam kedua penilaian kritis’ terhadap thariqah dan mursyid di atas, hubungan antara mursyid dengan saliknya dipermasalahkan secara terlampau disederhanakan, karena dianggap menuntut ketaatan seperti mayat dengan pemandinya. Sikap seperti sangat potensial untuk menghambat terbentuknya individu modern otonom. Padahal, hakikatnya tidak pernah ada manusia yang otonom. Manusia hanya terbagi menjadi dua golongan, yaitu, mereka yang diperbudak oleh Allah Taala atau diperbudak oleh selain Allah Taala syahwat dan hawa nafsu. Benarkah dalam thariqah berlangsung ketaklidan buta tak bersyarat dari seorang salik kepada mursyidnya? Kepatuhan seperti jenazah di hadapan pemandinya? Permasalahannya, bagaimana seorang salik bisa taklid kepada sang Mursyid, sementara perkataan sang Mursyid sendiri ternyata seringkali salah ditafsirkan? Sebagai contoh, dalam sebuah thariqah, ketika seorang mursyid memerintahkan seorang salik untuk bersiaga menghadapi sebuah serangan sebentar lagi, si salik menafsirkan bahwa ia tengah diajari untuk bersiaga terhadap “serangan” lahiriah seperti perkelahian, sementara sang Mursyid sebenarnya tengah mengajari kesiagaan batiniah terhadap “serangan” masalah kehidupan. Bagaimana dengan berbagai pertanyaan dalam kepala kita yang muncul dan berlalu-lalang? Setiap pertanyaan yang muncul di benak manusia itu pasti ada hak jawabannya. Itu tak ubahnya seseorang yang tengah menunggu di ruang tamu. Kemudian dari arah dapur tercium olehnya bau masakan. Bersabarlah, karena tepat pada saatnya makanan tersebut akan dihidangkan ke hadapannya. Tidak semua pertanyaan harus terjawab saat ini juga. Bersabarlah, karena jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul di benak ada hak jawabannya, hanya tinggal masalah waktu saja. Namun, tak jarang manusia begitu arogan sehingga merasa bahwa rasionalitasnya pasti bisa memahami segala hal saat ini juga, dan bisa menghakimi segala perkara dengan bermodalkan ilmu yang kini dimilikinya. Seakan rasionalitas itu tidak punya kelemahan dan batasan. Biasanya terhadap salik tipe fundamentalis rasional seperti ini, mursyid sejati akan menghajar’ habis-habisan keliaran berpikirnya agar bisa fokus demi kebaikan salik itu sendiri. Hal yang paling sulit adalah menjinakan keliaran pikiran untuk fokus kepada perkara fundamental misi hidup yang Allah Taala amanahkan kepada dirinya. Pikiran yang liar memancar kesana-kemari itu seperti lampu pijar 10 watt, hanya cocok dipakai untuk lampu tidur. Namun, apabila cahaya 10 watt tersebut difokuskan menjadi laser, maka besi pun dapat ditembusnya. Munculnya tawaran seperti tasawuf tanpa tarekat maupun tanpa guru saat ini juga berasalan, namun bukan berarti kritiknya terhadap dunia thariqah yang digeneralisir tersebut tepat sasaran. Semangat untuk mengedepankan akal sehat atau rasionalitas dalam mengkaji tashawuf merupakan salah satu hal yang penting. Karena Allah Taala mengaruniakan otak di tubuh manusia, maka cara mensyukurinya adalah memanfaatkannya untuk berpikir maksimal di alam terendah dari seluruh alam ciptaan-Nya, yaitu dunia. Namun, Ad-Diin Agama adalah perkara yang baru akan terpahami apabila seluruh bola akal manusia—otak nalar, fuad bentuk primitif lubb dan lubb akal nafs, orang yang telah memiliki lubb disebut sebagai ulil albab—terbuka keseluruhannya. Sayangnya, sangat sedikit di antara manusia yang telah Allah anugerahkan kemampuan akal paripurna lahir dan batinnya seperti ini. Di atas semuanya, bukanlah otak yang cerdas dan banyaknya bacaan yang dapat menyelamatkan manusia dari berbagai jebakan syahwat dan hawa nafsu dalam beragama, tetapi niat tulus murni mencari Allah Taala. Seorang buta huruf pun bisa Allah rahmati menjadi ulil albâb dan arifin orang yang telah mencapai marifat, seperti Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen, maupun banyak sufi buta huruf lainnya, semata karena adanya niat tulus murni untuk mencari dan berserah diri kepada Allah Taala. Niat itu pulalah yang membuat Allah Taala berkenan menganugrahkan cahaya iman ke dalam qalb. Misalnya, seseorang menyatakan bahwa karena dia memiliki kecenderungan saintifik, maka dia memerlukan penjelasan ilmiah terlebih dahulu sebelum memutuskan bersuluk. Namun, kebanyakan manusia memiliki mentalitas untuk tergesa-gesa menyimpulkan sebelum tuntas menelaah. Kecenderungan sikap saintifik itu baik, terlebih karena setiap manusia itu unik serta memiliki kebutuhan dan jalan masuk berbeda-beda. Ibaratnya, ada seekor kucing pertanyaan yang selalu mengeong dalam rumah pikiran kita, karena lapar meminta makanan jawaban. Apabila kucingpertanyaan tersebut tidak diberi makanan jawaban, maka rumah pikiran kita akan berisik oleh suara mengeongnya. Akibatnya, kita pun tidak bisa belajar dengan tenang. Karena itu, berilah makanan jawaban yang tepat untuk mengenyangkan kucing pertanyaan dalam rumah pikiran kita. Penuhilah haknya, sehingga dia bisa diam dan kita pun bisa belajar dengan tenang. Apabila makanan jawaban belum ditemukan, bersabarlah, saatnya pasti akan tiba. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu penyebab munculnya sikap alergi thariqahadalah ekses dari berbagai praktik yang dilakukan thariqah yang telah kehilangan “ulama”nya baca mata airnya. Misalnya, dahulu kala muncul sebuah thariqah. Lazimnya mereka melakukan riyadhah berkala secara bersama-sama. Kebetulan mursyid thariqah tersebut selalu memelihara kucing yang sering mengeong di malam hari karena lapar. Agar suara mengeong kucing tersebut tidak mengganggu riyadhah, maka sang mursyid memerintahkan muridnya untuk memasukkan kucing tersebut ke dalam sebuah ruangan, memberinya makan dan menguncinya. Hal itu berjalan terus selama bertahun-tahun, hingga sang mursyid meninggal. Sepeninggal sang mursyid, para salik generasi pertama thariqah tersebut tetap memasukkan kucing peliharaan sang mursyid ke dalam sebuah ruangan, memberinya makan dan menguncinya agar tidak mengganggu riyadhah. Namun, para salik generasi kedua dari thariqah tersebut—yang tidak tahu sebab akibat dari perbuatan tersebut—mulai mengira bahwa perbuatan itu adalah sesuatu yang harus dilakukan sebelum mereka riyadhah. Maka, ketika sampai di salik generasi ketiga, muncullah semacam kewajiban baru, yaitu adanya sebuah keharusan sebelum riyadhah untuk mencari kucing yang kemudian harus dimasukkan ke dalam sebuah ruangan, kemudian memberinya makan dan menguncinya. Ketika sampai di salik generasi keempat, muncullah buku tentang makna batin dan hakikat memasukkan kucing ke dalam sebuah ruangan, memberinya makan dan menguncinya sebelum melakukanriyadhah. Dan, di salik generasi kelima hingga seterusnya, perbuatan tadi sudah menebarkan citra ketidakrasionalan dan ketidaksejalanan thariqah tersebut dengan syariat. Dalam sejarah tashawuf ada juga tipe sufi yang dinamakan sebagai Uwaysiyyah. Nama ini merujuk kepada seorang tokoh sezaman Rasulullah Saw. yang mengetahui ihwal beliau Saw. tetapi tidak pernah bertemu secara langsung sepanjang hidupnya. Demikian pula Rasulullah Saw., mengetahui Uways Al-Qarni tanpa pernah bertemu dengannya. Hal itu disebabkan karena Uways setibanya di Mekkah tidak bisa menunggu untuk bertemu dengan Rasulullah Saw yang ketika itu sedang pergi sebab ia telah berjanji kepada ibunya di kota lain untuk tidak berlama-lama meninggalkannya. Kondisi Uways berbeda dengan Salman Al-Farisi yang Allah Taala bukakan jalan untuk bisa bertemu dengan Rasulullah Saw., meskipun berasal jauh dari Persia, dan harus dua kali pindah agama sebagai proses pencariannya. Salah satu sufi yang tergolong Uwaysiyyah adalah seorang Iran, Abu al-Hasan Kharraqani, yang pernah menyatakan “Aku kagum pada salik-salik yang menyatakan bahwa mereka membutuhkan Mursyid ini dan itu. Kalian tahu bahwa aku tidak pernah diajari manusia manapun. Allah Taala adalah pembimbingku, kendatipun demikian, Aku menaruh respek besar pada semua Mursyid.” Dari pernyataan seorang Uwaysiyyah tersebut bisa terlihat bahwa yang menjadi pokok persoalan bukanlah apakah seorang Mursyid diperlukan ataukah tidak, apakah perlu ikut thariqah atau tidak. Tetapi, apakah kita adalah seorang pencari Allah Taala dan berazam untuk mencari jalan kepada-Nya? Apabila ya, maka biarlah Allah Taala yang mengalirkan dan membukakan jalan hidup kita, entah itu ikut thariqah atau tidak, apakah akan dipertemukan dengan mursyid sejati di zamannya ataukah Allah Taala sendiri yang akan mengajari. Bukan dengan menyatakan terlalu dini bahwa thariqah dan Mursyid itu tidaklah diperlukan. Ketidakberanian mengambil resiko untuk mengarungi lautan thariqah, terlebih terburu-buru melontarkan pernyataan seolah heroik yang mengisyaratkan keengganan mencari mursyid sejati zamannya, atau senantiasa memilih berjarak ala saintis serta mengandalkan kecerdasan otak untuk bertashawuf secara wacana, bisa dipastikan mustahil mencapai tingkatan marifat. Rumi menggambarkan hal itu sebagai berikut Ketika kauletakkan muatan di atas palka kapal, usahamu itu tanpa jaminan,Karena engkau tak tahu apakah engkau bakal tenggelam atau selamat sampai engkau berkata, “Aku takkan berlayar sampai aku yakin akan nasibku,” maka engkau takkan berniaga lantas rahasia kedua nasib ini takkan pernah terungkap. Saudagar yang penakut takkan meraih untung maupun rugi; bahkan sesungguhnya ia merugi orang harus mengambil api agar mendapat cahaya. Karena seluruh kejadian berjalan di atas harapan, maka hanya Imanlah tujuan terbaik harapan, karena dengan Iman memperoleh keselamatan. Amati kisah pencarian Salman Al-Farisi. Sebelum mengenal Tuhannya Muhammad Saw, dia adalah seorang Majusi. Kesadaran yang muncul atas kejanggalan perbuatannya sendiri untuk menjaga agar api yang disembahnya sebagai Tuhan tidak padam, membuat Salman Al-Farisi berani mengambil resiko berpindah ke agama Kristen. Setelah beberapa kali berpindah mengabdi pada beberapa pendeta, dia ditunjuki ihwal keberadaan Nabi akhir zaman. Dan pertemuannya dengan Rasullah Saw, membuat Salman Al-Farisi berani mengambil resiko kedua kalinya untuk berpindah ke agama Islam. Mursyid kammil mukammil mampu mengontrol ribuan bahkan jutaan muridnya, tetapi cara mengontrolnya bukan seorang direktur sedang mengontrol usahanya, atau seorang presiden mengontrol bawahannya. Kontrol di alam ruhani berbeda dengan dengan alam lahiriyah. Tetapi semua itu kesiapan yang dikontrol. Tidak ada jaminan, kontrol mursyid pada muridnya membuat murid langsung sadar 100%. Kalau saja muridnya tetap saja mengikuti hawa nafsunya sendiri, bahkan cenderung kepada ambisi duniawinya ataupun lebih mementingkan alas an nafsu pribadinya. Cahaya ruhani mursyid sulit masuk. Sebagaimana rposulullah saw, dahulu, toh diantara para pengikutnya ada golongan Munafikin, itu berarti hidayah Allah tetap urusan Allah. Para Mursyid tetap mendoakan muridnya, menyampaikan cahaya ruhaninya, tetapi jika mbandel dan keras kepala, para murid tidak akan meraih apa-apa. Apalagi muridnya mulai kontra dengan mursyidnya, malah semakin terlempar dalam kegelapan. Didalam kitab Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah menjelaskan perihal mencari Syaikh/Mursyid yang kamil sempurna atau Syaikh yang sejati MENCARI SYAIKH YANG SEJATI Ketahuilah sang murid menginginkan dan mencari Syaikh yang sejati untuk menuntut ilmu padanya. Tidak boleh mengambil sembarang orang yang dapat diakui sebagai Syaikh, yang boleh memimpin murid-murid ke jalan Allah Ta'ala, dan menjadi Syaikhnya sehingga ia harus menyelidiki lebih dahulu, dan ia kenal benar-benar keahlian Syaikh tersebut dan hatinya menerima orang itu sebagai Syaikhnya. Demikian sebaliknya seorang Syaikh tidak boleh menerima sembarang murid yang datang padanya minta dituntun ke jalan Allah, sebelum ia menguji kesungguhan si murid untuk menunjukkan keinginannya yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan seorang pemimpin yang akan menunjukkan ke jalan Tuhannya. Syarat-syarat ini harus berlaku bagi murid-murid yang akan menuntut ilmu kepada Syaikh Tahkun Syaikh yang dalam tangannya terserah segala putusan. Murid yang menuntut ilmu pada Syaikh Tahkun ini harus menganggap dirinya seperti mayat yang sedang dibersihkan oleh tangan-tangan yang memandikannya, atau laksana seorang bayi yang berada dalam pemeliharaan ibunya, syarat-syarat serupa ini tidak berlaku pada Syaikh Tabarruh Syaikh yang biasa dimohon keberkatan daripada-nya. Apabila seorang murid bermaksud untuk mendapatkan keberkatan seorang Syaikh, bukan tahkimnya maka diperbolehkan menemui sebanyak mungkin Syaikh dan menziarahi mereka adalah lebih baik dan utama untuk memperoleh keberkatan itu. Apabila murid belum mendapatkan Syaikh, dengan tekun dan rajin menunjukkan harapan dan keperluannya kepada Allah SWT, dengan kebenaran yang sempurna agar Dia menunjukkan kepada seorang murid pemimpin yang boleh memimpinnya kejalan Allah SWT. Jika ia bersungguh akan keinginannya pasti Allah akan mengabulkan permohonannya. Sebagaimana Allah akan mengabulkan permohonan orang-orang yang terdesak dipaksa oleh keadaan niscaya Allah akan memimpin dan mendorong pada salah seorang diantara hamba-hambaNya. Setengah murid menyangka dirinya tiada mempunyai Syaikh dan sepanjang masa ia berusaha mencari Syaikh padahal Tuhan telah mentakdirkan seorang Syaikh untuknya. Sedang ia tidak pernah melihat Syaikh tersebut. Syaikh tersebut memelihara murid-murid dengan pandangan bathinnya, dan menjaga dengan penuh perhatian sedang si murid tidak merasakan semua sama sekali. Jika murid yang mengatakan tidak ada Syaikh pada jamannya sebenarnya ia keliru. Atau mungkin Syaikh itu tidak benar. Dan pada hakekatnya Syaikh-Syaikh agung memang banyak sekali, maha suci Allah yang telah menunjukkan bukti kepada para Auliya'Nya. Seperti Dia menjadikan bukti untuk mengenal Zatnya dan Dia akan menunjukkan seorang murid pada Auliya'Nya melainkan yang disukai dan menyampaikan kepada Zatnya sendiri. Ketahuilah bahwa Syaikh yang kamil ialah seorang Syaikh yang selalu memberi faedah pada muridnya, dengan penuh kesungguhan dalam perbuatannya dan perkataannya. Dia memelihara muridnya sewaktu berada dihadapannya, dan juga dimasa murid berada jauh daripadanya. Sekiranya sang murid jauh dari tempat Syaikh berada, maka Sang Syaikh akan memelihara muridnya dengan getaran-getaran kalbunya dalam hal apa saja yang dikerjakan si murid maupun yang ditinggalkannya. Adapun perkara yang sangat membahayakan sang Murid, apabila hati si Syaikh berubah, dan tidak memandang padanya. Dalam hal ini bila dikumpulkan seluruh Syaikh-Syaikh yang lain dari timur sampai ke barat, untuk mengubah hati Syaikh kepada muridnya. Niscaya akan sia-sia dan tidak akan berhasil, kecuali sang murid sendiri ha¬rus berusaha untuk mengubah hati Syaikhnya dan minta maaf serta mendapatkan keridhoan-Nya. BAGAIMANA HUKUMNYA MEMILIKI SEORANG GURU MURSYID? Ibadah akan sia-sia dan tidak sempurna, jika tidak diiringi dengan hati yang penuh dengan cahaya-Nya. Cahaya Allah tidak akan bisa ditangkap dengan hati yang kotor yang penuh dengan kedengkian, kesombongan, dendam dan lain–lain. Hal ini tidak ada cara lain kecuali harus mempelajari tasawwuf yang dibimbing langsung oleh Guru Ruhani yang disebut Mursyid. Dijelaskan dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali “Seorang murid membutuhkan seorang mursyid , yang membimbingnya pada jalan yang lurus. Sebab jalan keagamaan kerohanian terkadang begitu samara-samar, dan jalan syetan begitu beraneka. Barang siapa tidak memiliki mursyid yang menjadi panutannya, dia akan dibimbing syetan kea rah jalannya. Hendaklah ia berpegang teguh kepada mursyidnya bagaikan pegangan seorang buta di pinggir sungai, dimana dia sepenuhnya menyerahkan dirinyabkepada pembimbingnya, serta tidak berselisih pendapat dengannya.” Dan seluruh ahli thariqah pun sepakat mewajibkan kepada seluruh manusia harus mencari guru yang memberi petunjuk kepadanya untuk menghilangkan macam –macam sifat yang bisa menjadi penghalang kepadanya dari ma’rifat ke hadrot Allah oleh hatinya. Hal itu dilakukan agar hati menjadi sah dan khusyu, sebab menghadirkan Allah dalam seluruh ibadah. Sedangkan dalam kenyataannya, hati tak akan bisa khusyu kepada Allah tanpa adanya bimbingan. Jadi mencari Mursyid itu hukumnya menjadi wajib. Sebagaimana dalam kaidah ushul fiqih “Maa laa yatimmul waajib illaa bihi fa huwa waajibun.” Artinya “Tidak sempurna kewajiban kecuali dengan suatu perkara dan perkara itu hukumnya menjadi wajib.” Pernah mengatakan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani qs “Maka wajib bagi semua manusia untuk mencari kehidupan hati seperti untuk kehidupan keakhiratan dari ahli talqin dzikir di dunia ini sebelum datangnya maut.“ Syekh Abi Hasan Asy-Syadzili qs mengatakan “Barangsiapa yang tidak ikut masuk thariqah-ku yaitu thariqah shufiyyah thariqah-nya orang-orang ahli tasawwuf maka ketika mati, orang itu membawa dosa besar karena hukumnya fardluain. Oleh karena itu, maka wajib untuk pergi mencari seorang guru Mursyid untuk minta talqin dzikir, dan jika sudah menemukan Mursyid yang telah masyhur dalam mengobati muridnya, namun walaupun orang yang mau belajar itu dilarang oleh orang tuanya maka ia wajib untuk berguru.“ Sebagian orang–orang yang telah ma’rifat mengatakan “Barangsiapa orang yang tidak memiliki bagian ilmu batin ini yaitu thariqah tasawwuf maka aku takut orang itu jika meninggal dalam keadaan su’ul khotimah yaitu akhir yang jelek karena hati yang kotor.“ Dalam kitab Risalatul Qudsiyyah, Syekh Wahab Sya’ telah berkata “Mencari guru thariqah itu wajib bagi tiap-tiap murid walaupun telah menjadi Ulama besar, karena sesungguhnya tiap–tiap orang yang tidak mendapat dzikir dari guru Mursyid yang memberi petunjuk kepadanya untuk mengeluarkan sifat–sifat yang cacat di hatinya. Maka orang itu telah ma’siyat kepada Allah dan Rosulnya, hal itu dikarenakan tidak mendapat petunjuk jalan untuk mengobati penyakit hatinya walaupun dengan memaksa tetap tidak akan membawa manfaat kalau tanpa Mursyid, walaupun orang tersebut telah hafal seribu kitab.” Dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 17, Allah swt berfirman “Barangsiapa yang ditunjuki Allah, niscaya ia mendapat petunjuk dan siapa yang disesatkan-Nya, maka tiadalah engkau menemukan Wali Ursyid”. Carilah Mursyid Kammil Mukammil yaitu manusia yang paripurna ma’rifatnya dan menghantar yang lain untuk ma’rifat kepada-Nya. Guru Mursyid memiliki silsilah yang kuat dan sohih, dimana sanad nya silsilah sampai kepada baginda Nabi Muhammad saw. Seorang mursyid memiliki hak prerogratif untuk mengangkat seorang murid menjadi seorang Guru Mursyid atau wakil mursyid setelah murid tersebut lulus menurut “pandangannya,” Semua perbuatan Guru Mursyid selalu berada dalam cahayaNya dan Allah selalu menuntunnya. Biasanya murid yang akan dicalonkan mursyid atau calon wakil mursyid itu telah berhasil melakukan tarbiyyah khusus. Jadi tidaklah dibenarkan murid mengajarkan talqin atau bai’at untuk menanamkan nur nubuwat cahaya kenabian kepada murid atau jiwa orang lain kecuali telah berhasil tarbiyah pelatihan khusus dan idzin dari mursyidnya. Diterangkan dengan jelas oleh Ulama Taswuf dalam kitab Bayanu Tashdiq “Tidak boleh memberi ijazah atau talqin dzikir atau bai’at kepada murid-murid yang lain kecuali sudah ada tarbiyyah, artinya pelantikan dan diberi izin oleh guru mursyid lebih jelasnya Khirqoh Sufiyah dan surat tanda izin atau piagam.” Dan begitupun para Imam rohimahumullah mengatakan “Sudah jelas dan tidak samar lagi bahwasanya barangsiapa yang mulai berani memberikan ijazah talqin dzikir Thariqah atau tarekat sedangkan dia bukan ahlinya atau tidak ada izin dari mursyidnya, maka orang tersebut lebih banyak merusak dalam Thariqah jalan menuju Allahnya daripada membuat kemashlahatannya dan murid tersebut terputus dari silsilahnya kepada Nabi Muhammad saw juga otomatis telah keluar dari martabatnya murid yang benar apalagi martabat guru ma’rifat.” Sumaber KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA Judul Mursyid Dalam Thoriqoh Ditulis oleh Unknown Rating Blog 5 dari 5 Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Beliaupun mendapatkan ijazah membai'at dan menjadi mursyid. Di antara guru-guru nya itu adalah: 1) Thariqah an-Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. muslimin-muslimat baik yang masih hidup maupun yang mati." Gaya Hidup Sehat Masyarakat Thoriqoh Melawan Pandemi Covid-19. Tokoh 2 years ago. Habib Ahmad bin Ismail bin Yahya, Siapakah Beliau?
KH. M. Baidowi Muslich dalam Pertemuan Mursyid Khalifah, Badal, dan Muqoddam di PP Miftahul Huda, Gading, Malang Dok. PPMHAda yang mengatakan thoriqoh hanyalah forum dzikir yang dilembagakan, bid'ah dan tidak ada dasarnya. Padahal, thoriqoh sebenarnya merupakan perilaku kehidupan Rasulullah Saw sendiri yang penuh keruhanian; yaitu ibadah, perbaikan akhlak, zuhud, hidup sederhana, bekerja keras, dan sosial. Namun hati-hati, tidak semua thoriqoh benar. Hanya thoriqoh yang mu'tabaroh bersumber dari nabi muhammad Saw yang dapat Juga Silsilah Ijazah Mursyid Thoriqoh Kyai Muhammad YahyaSeorang pemikir Islam modern, Fazluh Rahman, mengomentari thoriqoh qodiriyah; bahwa thoriqoh yang didirikan oleh syaikh Abdul Qodir Jaelani itu mempunyai asas-asas bercita-cita tinggi, melaksanakan cita-cita, membesarkan nikmat, memelihara kehormatan dan memperbaiki khidmat kepada Allah Swt. Sedangkan Naqsabandiyah yang didirikan oleh Muhammad bin Bahaudin al Uwasi al Bukhori itu mempuyai dasar-dasar yang kuat dan berpegang kepada ahlussunnah, hidup sederhana, mengerjakan agama dengan sungguh-sungguh mengikuti akhlak Rasulullah Saw meninggalkan semua selain Allah Swt, menyembunyikan dzikir, selalu ingat Allah Swt, selalu menyendiri dalam keramaian bersama Allah Swt, merasa diawasi Allah Swt, tidak meringan-ringankan agama dan tarikan nafas yang selalu mengingat Allah yang diajarkan Rasulullah SawSecara sederhana thoriqoh merupakan cara mendekatkan diri taqorrub kepada Allah Swt. Yaitu dengan menjalankan agama islam dengan lebih hati-hati dan teliti, seperti menjauhi perbuatan syubhat, melaksanakan keutamaan-keutamaan sesudah melaksanakan kewajiban-kewajiban seperti mengerjakan sholat tahajjud, sholat sunnah rawatib dan sebagainya. Serta sungguh-sungguh mengerjakan ibadah seperti puasa senin dan kamis, rajin membaca al-qur'an, sholawat, dzikir, tasbih, istighfar dan dasarnya, thoriqoh merupakan ilmu yang digunakan untuk mengetahui hal ihwal nafsu dan sifat-sifat hati. Dengan thoriqoh dapat diketahui mana sifat yang madzmumah tercela menurut syara' kemudian di jauhinya, dan mana sifat yang mahmudah terpuji menurut syara' kemudian diamalkan. Dengan demikian thoriqoh merupakan amaliyah tasawuf yang bertujuan untuk mencari ridho Allah al qur'an dinyatakan bahwa "Jika mereka tetap istiqomah menempuh jalan itu thoriqoh, maka benar-benar akan kami berikan air yang segar rizki yang berlimpah". 16. Ayat ini menjelaskan bahwa jika seorang hamba Allah Swt istiqomah menjalankan wirid, dzikir, muroqobah, musyahadah dan menjalankan beberapa sifat mahmudah terpuji serta meninggalkan beberapa sifat madzmumah tercela yang semuanya bertujuan hanya memohon ridho Allah Swt, maka Allah Swt pasti memenuhi hati mereka dengan asror rahasia dan ma'rifah ilahiyah serta mahabbah ilah. Tafsir Showi juz 4 216 .Ketika wafat Rasululah sudah dekat, para sahabat menangis seraya berkata, "Wahai Rasululah, engkau utusan Allah pada kita dan mengukuhkan perkumpulan kita dan menjadi pusat urusan-urusan kita. Ketika engkau meninggalkan kami, maka kepada siapa kami kembali?" jawab Rasulullah Saw. "Aku telah meninggalkan dua pusaka yaitu syariat islam at thoriqoh al baidho' yaitu thoriqoh yang bersih yang sanadnya muttasil pada Rasulullah. Dan aku telah meninggalkan untukmu dua petunjuk, yaitu petunjuk yang dapat berbicara yakni al-Qur'an, dan petunjuk yang tidak dapat berbicara yakni maut. Apabila ada sesuatu hal yang menyulitkan kalian, maka kembalilah kalian pada al Qur'an dan al Hadits. Dan ketika keras hatimu yakni tidak bisa menerima nasihat, maka lemaskanlah hatimu dengan memikirkan hal ihwal orang yang sudah meninggal." HR Abdullah Bin Mas'ud ra.Dalam suatu hadits dari Saddad Bin Aus dan 'ubadah Bin Shomit ra diriwayatkan, keduanya mengatakan, "apakah di antara kamu ada orang lain ?" kami menjawab, "tidak ada wahai Rasulullah". Kemudian Rasulullah menyuruh agar pintu ditutup, kemudian Rasulullah Saw bersabda, "Angkatlah kedua tanganmu dan ucapkan kalimah Laa ilaha illah".Thoriqoh para SahabatSemua sahabat Rasulullah Saw melakukan thoriqoh, tidak hanya sahabat Abu Bakar dan sahabat Ali bin Abi Tholib saja. Sahabat yang lain juga melakukan thoriqoh, namun caranya berbeda-beda sehingga kemasyhurannyapun berbeda-beda pula. Seperti Umar bin Khattab yang masyhur dengan sebutan ahli as sholabah fiddin kuat agamanya, Utsman bin Affan masyhur dengan sebutan ahli syiddatul haya' pemalu. Sayyidina hamzah dan khalid bin Walid masyhur dengan ahli faroid, Abdullah bin Mas'ud masyhur dengan ahli qiro'at, Abu Dzar masyhur dengan ahli zuhud, Muadz bin Jabal masyhur sebagai ahli fiqh ilmu halal dan haram dan banyak lagi bidang-bidang yang dijalani para sahabat suluk kepada Allah Abu Bakar ra dan Sayyidina Ali keduanya adalah sahabat yang masyhur ahli dzikir nafi-itsbat dan dzikir ismu-dzat. Akan tetapi sayyidina Ali fana'nya dalam dzikir nafi-itsbat menyebut kalimah laa ilaaha illah, sedangkan Abu Bakar fana'nya di dalam dzikir ismu-dzat menyebut nama Allah, Allah, Allah. Dzikir nafi'-isbat dan ismu-dzat inilah yang kemudian berkembang secara turun-temurun melahirkan thoriqoh-thoriqoh mu' ThariqohTujuan melakukan thariqoh adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mencari ridho-Nya, sebagaimana do'a yang dibaca setelah dzikir Qodiriyah dan Naqsabandiyah yang artinya "Ya Allah, Engkaulah yang aku tuju, dan keridhoanMu yang aku cari. Berikan kepadaku mahabbah rasa cinta dan ma'rifat kepadaMu". Dengan melakukan ilmu thoriqoh, seorang saalik orang yang menetapkan hati menempuh jalan akhirat dengan selamat berupaya semaksimal mungkin untuk bisa sampai kepada derajat mengosongkan hati dari sifat-sifat tercela. Maka dari itu tujuan akhir melaksanakan ilmu thariqoh adalah agar seseorang bisa menghiasi hatinya dengan sifat dzikir, muraqabah, mahabbah, ma'rifat dan musyahadah kepada Allah thariqoh lebih utama dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Alasannya, ilmu thariqoh itu bisa membersihkan hati dari sifat-sifat tercela, hina menurut syara' serta membawa hati pada sifat ma'rifat dan musyahadah kepada Allah Swt. Adapun posisi ilmu thoriqoh diantara ilmu-ilmu yang lain adalah bahwa ilmu thoriqoh sebagai asal dari setiap ilmu. Sedangkan ilmu-ilmu yang lain sebagai cabang dari ilmu thoriqoh. Kitab Miftahul Jannah.Hubungan syariat dengan thoriqoh bagaikan jasad dengan ruhnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Ruh tanpa jasad tidak mungkin bisa berdiri tegak sebagaimana layaknya manusia. Sebaliknya, jasad tanpa ruh adalah mayat. Thoriqoh digunakan manusia untuk menghasilkan kesempurnaan keikhlasan. Sedangkan ikhlas ini merupakan amal ibadah tersendiri yang hanya bisa dikerjakan oleh hati. Adapun syari'at digunakan untuk membangun rukun-rukun agama secara menggabungkan syari'at dan thoriqoh nantinya akan diperoleh amal ibadah yang dilaksanakan dengan cara yang benar dan hati yang ikhlas. Dengan demikian mengerjakan shalat fardlu ilmu syariat dan memahami ilmu menjadikan hati yang ikhlas merupakan kewajiban yang tidak diragukan lagi. Adapun cara untuk menghasilkan kedua ilmu tersebut, sekaligus untuk menghindarkan diri dari lupa terhadap Allah Swt serta menghindari tersesatnya hati adalah dengan melaksanakan dzikir kepada Allah Swt. Sebab Allah sudah menyatakan bahwa dzikir itulah yang akan menentramkan hati manusia. "Orang-orang mu'min hatinya tentram karena mengingat Allah. Ingatlah! karena dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram." QS. Ar-Ra'du 28.Hukum mengikuti thoriqohHukum mengikuti thoriqoh ini diperinci sebagai berikut Apabila belajar ilmu thariqoh untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, maka hukumnya fardlu 'ain bagi setiap mukallaf. Adapun berbai'at kepada seorang guru mursyid hukumnya sunnah nabawiyyah. Kemudian melaksanakan thoriqoh bagi merka yang sudah berbai'at hukumnya wajib. Adapun mentalqin murid dengan dzikir dan cara-cara dzikir tertentu oleh guru mursyid hukumnya dan cara menjalankan thoriqohPada mulanya seseorang yang masuk thoriqoh sudah harus memahami I'tiqod 50 atau yang lebih dikenal dengan aqo'id seket dasar-dasar aqidah berupa sifat wajib dan sifat muhal Allah, sifat wajib dan sifat muhal bagi para Rasul, sifat jaiz Allah dan para Rasul serta sudah mengerti ilmu syari'at secara keseluruhan dan mengamalkannya. Namun mengingat banyaknya ajaran yang menyesatkan umat Islam dan menyeret umat kepada kesyirikan seperti thariqoh bathilah yang silsilahnya tidak sampai pada Rasulullah Saw, maka mursyid thariqoh mu'tabaroh memberikan kemudahan-kemudahan. Umat Islam yang belum sempurna ilmu dan amaliyah syari'atnya bisa mengikuti bai'at janji melaksanakan dzikir thariqoh secara benar dengan syarat harus memperdalam ilmu syari'at setelah bai'at. Thoriqoh dan syari'at kemudian harus berjalan bersama-sama dengan senantiasa memperdalam ilmu dan meningkatkan amal. Inilah model dakwah ulama-ulama contoh thoriqoh mu'tabaroh adalah thoriqoh qodiriyah. Kaifiyah atau cara menjalankan thariqoh ini adalah setiap selesai shalat fardlu membaca dzikir Laa illaha illallaah sebanyak 165 kali. Amaliyah ini kemudian harus diikuti dengan sungguh-sungguh menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala thariqoh hanyalah jalan menuju Allah Swt. Thariqoh tidak hanya satu atau dua macam, tetapi banyak. Sebanyak bilangan manusia yang berjalan menuju Allah Swt.* Penulis adalah Kepala PP. Miftahul Huda, Gading Kasri – Malang dan ketua MUI Kota Malang.
. 41846114237392337318482